Memancing Ikan dengan Es Krim | ADI SUMARNA

Memancing Ikan dengan Es Krim Bumi Korea Sabtu, 15 Februari 2020 No Comment


Anda suka es krim? Wajar kalau iya. Karena memang makanan itu enak sekali. Tapi, menjadi tidak wajar jika Anda menganggap siapapun pasti juga suka es krim. Sehingga, ketika Anda memancing ikan di sungai, umpannya pun es krim! Wah, ini jelas keliru. Memancing ikan seharusnya dengan cacing, bukan dengan es krim, semahal atau seenak apapun es krim itu.

Jangan salah, dalam kehidupan berbisnis pun, banyak orang mencoba memancing dengan umpan yang salah. Contoh sederhana, menawarkan produk pewarna rambut pada orang yang kepalanya botak, menawarkan asuransi kepada keluarga muslim yang melihatnya sebagai sesuatu yang haram, dan lain sebagainya.

Selain takkan efektif, hal ini juga seperti mengajak ribut calon konsumen. Inilah yang saya maksud dengan orang yang sedang memancing ikan dengan es krim.

Yang benar bagaimana? Kenali dulu baik-baik ikan yang ingin Anda pancing. Lalu perkirakan, umpan apa yang bakal dia santap. Jika ikannya adalah mahasiswa, umpannya bisa jadi potongan 50% tuitition fee untuk kuliah di universitas luar negeri. Jika ikannya adalah pengantin baru, umpannya bisa jadi adalah paket promo bulan madu di Lombok. Dan seterusnya.

Dalam dinamika bisnis, kita harus mampu berkali-kali merancang umpan-umpan yang tepat. Termasuk untuk ikan yang sama. Sebab, sekali konsumen membeli dari kita (menggigit umpannya), bukan berarti tugas kita selesai. Kita perlu terus berusaha menjual lagi, dan lagi, dan lagi. Ini memang pekerjaan nonstop dari seorang pebisnis, kalau tidak ingin ikan-ikannya masuk ke baskom pemancing lain.

Untuk merancang umpan yang tepat, kita harus tahu selera dan impian konsumen kita. Kebanyakan dari mereka tidak memberi tahu kita dengan gamblang, "saya suka kalau diperlakukan seperti ini, dikasih bonus ini, dilayani oleh si ini, dan mendapat barang yang begini." Mereka cenderung diam. Dan ketika merasa tidak puas, tahu-tahu, mereka pindah ke kompetitor Anda.

Maka cari tahu apa yang konsumen inginkan. Bisa juga kita sendiri melakukan penyelidikan kecil-kecilan. Secara berkala, mampirlah untuk memberi sesuatu dari pesaing. Taruh dulu kaca mata penjual Anda di saku, kemudian kenakan kaca mata pembeli sekarang.

Dulu, ketika Google meluncurkan jejaring sosial Google+, Mark Zuckerberg (pendiri Fecebook) terang-terangan mendaftar sebagai anggotanya. Google tahu itu, tapi mereka tidak bisa melarang. Toh Mark mendaftar sebagai orang biasa, yang hak-haknya diakui konstitusi. Meskipun kita sama-sama tahu, Mark mendaftar dalam misi penyelidikan kelemahan dan keunggulan media sosial kompetitiornya itu.

Ini tindakan yang perlu. Dari penyelidikan seperti ini, Anda akan tahu apakah pelayanan Anda lebih baik dari kompetitor atau malah banyak yang perlu dibenahi. Jika memang perlu dibenahi, benahilah segera. Supaya Anda tidak lagi memancing dengan umpan es krim.

by Bumi Korea

Bumi Korea Media online untuk berbagi pengetahuan seputar korea selatan mulai dari bahasa kebudayaan dan hiburan

Follow her @ Instagram | Facebook | Google Plus

Tags:

No Comment