Begini yang sering terjadi
pada kita: Niat untuk berbisnis dan menjadi pebisnis sudah ada dari dulu.
Namun, kita masih maju-mundur, “Iya, tapi bisnis apa ya? Nanti mulainya dari
mana?” Ini problem klasik mereka yang ingin memulai usaha: ide. Apakah Anda
termasuk yang bingung dengan ide bisnis? Bila iya, lanjutkan membaca.
Ide itu bisa datang dari
mana-mana. Omong kosong kalau ada orang yang mengaku tidak ada ide berbisnis
apa. Namun kita harus ingat aturan patennya, "Jangan menjual sekedar apa yang bisa kita buat. Tapi buatlah apa yang bisa kita jual." Artinya, sebelum membuat sebuah produk atau jasa, pikirkanlah, "Apakah ini bisa dijual?"
Terkadang, mentang-mentang kita jago menyisir rambut kucing peliharaan sampai kucingnya tertidur, misalnya, lantas kita buru-buru membisniskannya. Padahal harusnya diperiksa dulu, apakah "menyisir rambut kucing" ini ada pasarnya? Berapa pemilik kucing yang butuh jasa semacam ini? Apakah sebanding dengan modal uang, tenaga dan waktu yang akan dikeluarkan nanti?
Karena sudah hobi dan merasa ahli, biasanya, hal-hal semacam itu tidak diperhitungkan lagi. Hajar saja! Nekat saja! Itu baru pemberani!
Benar, sikap pemberani itu perlu dalam bisnis. Tapi nanti dulu. Jangan dikeluarkan dulu sikap pemberani itu. Karena, bagi pebisnis pemula, penting sekali untuk menjual produknya dengan mudah, mengingat aliran dana (cash flow) adalah segalanya. Sama vitalnya dengan aliran darah dalam tubuh. Kalau itu sampai terganggu, bisa fatal kesehatan kita. Bisa kolaps bisnis kita yang baru seumur jagung itu.
Makannya, sekali lagi prinsip dasarnya adalah jangan menjual sekedar apa yang bisa kita buat. Tapi buatlah apa yang sekiranya bisa kita jual.
Tapi, bagaimana mendeteksi sesuatu bisa kita jual atau tidak?
Simpel saja. Buka mata, buka telinga, dan amati orang-orang. Manusia adalah makhluk yang penuh keluh kesah. Mereka merasa banyak sekali problem yang menimpanya. Jika kita bisa menajamkan mata dan telinga, niscaya, kita bisa menemukan masalah yang layak dibisniskan.
Lho, kok malah membisniskan masalah? Ya, inti dari jualan produk atau jasa kan memang mengatasi masalah orang.
Seorang kawan memiliki bisnis yang begitu sederhana. Yaitu bisnis pengantaran oleh-oleh. Rumahnya yang dekat bandara dia manfaatkan benar. Dia melihat banyak orang yang terbang pulang tanpa sempat membeli oleh-oleh. Sementara toko-toko dibandara mahal-mahal dan itemnya terbatas. Maka dia membuaka jasa pengantaran khusus oleh-oleh.
Kawan itu membuat website, broadcast di BBM, WA, Facebook dan sebagainya bahwa dia bisa membelikan oleh-oleh dan mengantarkannya ke bandara. Cukup beritahu apa oleh-oleh yang diinginkan, berapa banyak, lokasi ketemuannya kapan dan di terminal berapa.
Sampai sekarang jasa unik ini tak pernah sepi. Hampir setiap hari ada saja yang minta tolong. Dia mengambil margin 10.000 per kotak. kalau pemesanannya 50 kotak, hitung saja untungnya sekali pengiriman.
Sederhana, bukan? Masa Anda tidak bisa menemukan ide bisnis-bisnis “remeh” namun menghasilkan seperti ini?
Terkadang, mentang-mentang kita jago menyisir rambut kucing peliharaan sampai kucingnya tertidur, misalnya, lantas kita buru-buru membisniskannya. Padahal harusnya diperiksa dulu, apakah "menyisir rambut kucing" ini ada pasarnya? Berapa pemilik kucing yang butuh jasa semacam ini? Apakah sebanding dengan modal uang, tenaga dan waktu yang akan dikeluarkan nanti?
Karena sudah hobi dan merasa ahli, biasanya, hal-hal semacam itu tidak diperhitungkan lagi. Hajar saja! Nekat saja! Itu baru pemberani!
Benar, sikap pemberani itu perlu dalam bisnis. Tapi nanti dulu. Jangan dikeluarkan dulu sikap pemberani itu. Karena, bagi pebisnis pemula, penting sekali untuk menjual produknya dengan mudah, mengingat aliran dana (cash flow) adalah segalanya. Sama vitalnya dengan aliran darah dalam tubuh. Kalau itu sampai terganggu, bisa fatal kesehatan kita. Bisa kolaps bisnis kita yang baru seumur jagung itu.
Makannya, sekali lagi prinsip dasarnya adalah jangan menjual sekedar apa yang bisa kita buat. Tapi buatlah apa yang sekiranya bisa kita jual.
Tapi, bagaimana mendeteksi sesuatu bisa kita jual atau tidak?
Simpel saja. Buka mata, buka telinga, dan amati orang-orang. Manusia adalah makhluk yang penuh keluh kesah. Mereka merasa banyak sekali problem yang menimpanya. Jika kita bisa menajamkan mata dan telinga, niscaya, kita bisa menemukan masalah yang layak dibisniskan.
Lho, kok malah membisniskan masalah? Ya, inti dari jualan produk atau jasa kan memang mengatasi masalah orang.
Seorang kawan memiliki bisnis yang begitu sederhana. Yaitu bisnis pengantaran oleh-oleh. Rumahnya yang dekat bandara dia manfaatkan benar. Dia melihat banyak orang yang terbang pulang tanpa sempat membeli oleh-oleh. Sementara toko-toko dibandara mahal-mahal dan itemnya terbatas. Maka dia membuaka jasa pengantaran khusus oleh-oleh.
Kawan itu membuat website, broadcast di BBM, WA, Facebook dan sebagainya bahwa dia bisa membelikan oleh-oleh dan mengantarkannya ke bandara. Cukup beritahu apa oleh-oleh yang diinginkan, berapa banyak, lokasi ketemuannya kapan dan di terminal berapa.
Sampai sekarang jasa unik ini tak pernah sepi. Hampir setiap hari ada saja yang minta tolong. Dia mengambil margin 10.000 per kotak. kalau pemesanannya 50 kotak, hitung saja untungnya sekali pengiriman.
Sederhana, bukan? Masa Anda tidak bisa menemukan ide bisnis-bisnis “remeh” namun menghasilkan seperti ini?
No Comment